BERHARGANYA RUMAH KITA
Perjalanan ke Mentawai minggu lalu seperti yang sudah-sudah, selalu menjadi sebuah perjalanan yang istimewa. Pertama, tentu saja dapat berbagi lagi dan lagi dengan para gembala sidang dari beberapa denominasi gereja di daerah Siberut Utara. Kedua, tempat kami menginap adalah sebuah rumah tinggal dari sebuah keluarga penganut agama Bahai di Mentawai. Ini kali pertama saya dapat berkenalan, dan ngobrol dengan orang yang menganggap bahwa agamanya secara khusus diturunkan untuk menyatukan umat manusia di seluruh dunia. Baik dari Kristen, Hindu, Budha maupun Muslim. Mereka menganggap kepercayaan mereka sebagai monoteistik.
Kami diterima dengan tangan terbuka, di suruh memilih kamar mana yang disukai untuk ditempati, sementara sewanya terserah berdasarkan kemurahan hati. Keramahan dan kemurahan pak Padi, begitu panggilan bapak itu, sangat menyentuh. Ketika esok paginya ketemu dengan isterinya, kehangatan yang sama saya rasakan. Saya jadi menilai ini keluarga sungguh ada dalam kerukunan dan kesehatian. Saya langsung merasa “at home” di rumah yang sangat sederhana dengan kasur yang diletakkan di atas tikar di lantai. Saya merasa keluarga bapak ini seperti sebuah keluarga yang disediakan oleh Allah bagi saya dan teman-teman rombongan.
Kesan sebagai keluarga dan dianggap keluarga menjadi sangat terasa. Dan itu membuat saya kembali diteguhkan bahwa "keluarga" adalah tempat yang Allah sediakan bagi setiap orang. Entah itu tempat penginapan yang bernuansa keluarga, keluarga rohani, maupun keluarga secara jasmani. Keluarga adalah adalah “rumah” yang sangat berharga. Bukankah kelak Tuhan juga akan menyediakan sebuah rumah bagi kita di sorga di mana kita akan menjadi keluarga-Nya untuk selama-lamanya?
Sebuah rumah, atau sebuah keluarga adalah tempat yang sangat berharga di bumi, meskipun tak semua orang menyadarinya. Mengapa keluarga menjadi tempat yang sangat berharga di bumi ini?
Pendeta Voddie Baucham, JR, mengatakan berdasarkan Ulangan 6:7, "Musa melihat rumah (keluarga) sebagai sebuah sistem utama untuk menyampaikan kebenaran dari generasi ke generasi."
Rumah atau keluarga bukanlah tempat yang biasa. Rumah adalah tempat generasi yang baru dilahirkan, dirawat, dididik agar kelak menjadi seperti anak-anak panah yang ditembakkan kepada sasaran. Ada beberapa hal yang perlu dipahami dan dilakukan agar rumah atau keluarga menjadi sebuah sistem utama untuk menyampaikan kebenaran.
1. Sebuah "rumah" dengan kepala keluarga atau ayah yang takut akan Tuhan dan sangat suka akan perintah-Nya.
Seorang ayah diharapkan menjadi orang yang paling rohani di rumahnya. Seorang yang takut akan Tuhan dan sangat suka akan perintah-Nya. Tidak ada jaman yang begitu membutuhkan seorang kepala keluarga yang sungguh-sungguh rohani seperti jaman sekarang ini. Jaman yang rusak dengan hari-hari yang jahat.
Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Mazmur 112 : 1-2
Ayat tersebut jelas sekali ditujukan kepada para ayah atau para kepala keluarga. Para ayah maukah Saudara memiliki anak-anak dan cucu-cucu yang perkasa di bumi? Anak cucu yang tidak hanyut dalam arus nilai-nilai dunia yang fana dan menghancurkan?
Penggunaan narkoba dan serangan si jahat melalui pornografi serta gaya hidup hedonis yang mengutamakan kesenangan tubuh adalah hal-hal yang nampak jelas di permukaan. Tetapi, jauh di bawah permukaan itu adalah gerakan-gerakan humanisme atau paham zaman baru (new age) yang tidak mempercayai bahwa Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat satu-satunya. Semua itu dapat menggerus dasar iman anak-anak muda dan membelokkan arah tujuan hidup mereka dari meninggikan Kristus kepada penyembahan berhala. Hanya ayah yang takut akan Tuhan dan sangat suka akan perintah-Nya dapat membawa keluarganya menjadi benteng perlindungan yang kuat bagi anak cucunya.
2. Sebuah “rumah” dengan hubungan penuh kasih sebagai sesuatu yang "sengaja" dibangun dan dirawat secara terus menerus.
Lebih baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketenteraman, dari pada makanan daging serumah disertai dengan perbantahan. Amsal 17:1
Saya melihat kecenderungan yang telah berubah menjadi sebuah nilai dalam masyarakat kita, yakni, lebih mementingkan penampilan luar dari pada kehidupan batin yang benar. Rumah bagus, mobil bagus dan fasilitas yang serba wah telah menjadi impian hampir semua orang di zaman ini. Inilah zaman yang ditandai dengan pengejaran kenikmatan hidup dengan nafsu serakah sebagai panglima. Apapun dapat dikorbankan demi tercapainya kenikmatan hidup.
Apakah mereka masih sungguh-sungguh memikirkan bahwa ketenteraman di dalam sebuah keluarga karena adanya hubungan penuh kasih di antara anggota sebagai hal yang benar-benar penting melebihi apapun? Melebihi kesenangan-kesenangan jasmaniah yang tidak pernah bisa memberikan kepuasan bagi batin manusia? Sebaliknya, sebagai orang percaya, apakah hal yang diungkapkan oleh Amsal di atas sungguh-sungguh menjadi sebuah referensi utama dalam keluarga kita?
Tidak ada seorangpun yang bercita-cita untuk sekedar mengkonsumsi sekerat roti kering seumur hidupnya. Namun ayat tersebut ingin memberikan kepada kita gambaran secara konkrit bahwa ketenteraman di dalam rumah tidak bisa dikorbankan hanya demi “daging” atau makanan yang lezat, yang untuknya orang mengabaikan hubungan penuh kasih di antara anggota keluarga.
Rusaknya hubungan dalam keluarga akan menghancurkan ketenteraman dalam keluarga itu dan hancurnya ketenteraman dalam keluarga akan menjadi celah yang lebar untuk Iblis menghancurkan. Jadi, jangan pernah menyepelekan hubungan penuh kasih di antara anggota kkeluarga kita sendiri dan juga dengan orang lain.
3. Sebuah "rumah" yang menjadikan firman Allah sebagai suluh bagi kaki dan terang bagi jalan-jalannya.
Salah satu tantangan terbesar bagi orang Kristen di millennium ketiga adalah derasnya arus informasi. Informasi yang mudah didapat melalui perangkat teknologi yang smart membuat banjir informasi menjadi tak terbendung. Melanda anak-anak kecil sampai orang tua sekalipun. Informasi yang satu belum cukup dipahami sudah datang informasi yang berikutnya. Dan lebih bahaya lagi, semua orang sekarang bisa dengan mudah menyampaikan opini atau pendapatnya melalui media sosial. Tak peduli apakah aspirasi atau opini itu benar atau salah atau mengandung kebohongan dan sangat merusak, semua dapat disosialisasikan melalui internet dan gadget. Apakah akibat dari semua itu?
Pertama, orang-orang tidak dapat berkonsentrasi kepada berita yang paling penting. Sekarang yang penting itu adalah yang paling heboh, yang paling banyak diberitakan dan yang penuh dengan bumbu cerita yang mengasyikkan perasaan. Kedua, menganggap berita firman sebagai bagian dari salah satu berita yang banyak itu. Tidak ada istimewanya. Apakah kita sungguh telah menyadari dan mengantisipasinya? Maukah kita memiliki generasi yang dari hatinya dan bukan dari sekedar mulutnya mengatakan seperti pemazmur?
Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Mazmur 119:97
4. Sebuah "rumah" yang menjadikan pewarisan iman sebagai tugas utama dari orang tua.
Pewarisan iman kepada anak-anak, cucu bahkan cicit sesungguhnya merupakan tugas utama dari para orang tua. Rumah atau keluarga adalah sarana terbaiknya.
Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu, Ulangan 4:9; Bdk. 2 Tim.1:5
Saya menaruh keyakinan jika beberapa hal di atas kita renungkan, kita mengerti dan kita lakukan dengan sungguh-sungguh secara konsisten maka selain berharga maka rumah kita akan indah di mata-Nya. Sebab di sana telah terjadi proses pewarisan iman seperti yang telah dialami oleh Timotius melalui neneknya, Lois dan ibunya, Eunike. Jadi, perlu dicamkan, menjadi kakek atau nenek bukan alasan untuk berhenti mengajarkan kebenaran kepada anak, cucu sampai cicit. Haleluya!
Dari Siberut saya menyeberang dengan speedboat kecil ke ibu kota kabupaten Mentawai, Tuapejat. Dusun kecil yang terus mekar menjadi kota yang semakin padat penduduknya. Rumah-rumah baru dibangun, keluarga-keluarga baru bermunculan. Pemandangan itu membuat saya merenung, bagaimanakah keadaan keluarga-keluarga itu? Rumah-rumah mereka dibangun dengan bagus, dan seandainya mereka adalah keluarga-keluarga Kristen, adakah rumah mereka atau keluarga mereka telah menjadi sarana atau sistem utama untuk firman Tuhan diberitakan dan dihidupi setiap hari di dalamnya? Saya memimpikannya akan terjadi di Mentawai seperti juga terjadi di keluarga kita di Jakarta. (SiKY, 3 Juli 2019)
Artikel Terkait
- PARA AYAH, PELAJARILAH KITAB SUCI DAN WARISKANLAH IMAN !
- PENUH ROH KUDUS DAN MENJADI SAKSI
- ROH KUDUS DAN JIWA-JIWA YANG DAHAGA
- PERGILAH, PERBUATLAH DEMIKIAN!
- MENYUSAHKAN DIRI SENDIRI