PERGILAH, PERBUATLAH DEMIKIAN!
"Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" Lukas 10:36-37
Ahli Taurat itu tidak mau menyebut orang Samaria sebagai orang yang telah menunjukkan siapa sesama manusia dari orang yang sedang menderita karena menjadi korban perampokan. Ia hanya mengatakan "orang" yang telah menunjukkan belas kasihan kepada orang yang jatuh ke dalam tangan penyamun. Baginya, berat sekali untuk mengakui bahwa orang Samaria lah yang telah dengan tepat melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah. Ia tak menduga bahwa Yesus akan memberikan sebuah perumpamaan yang sangat tepat untuk menjawab pertanyaannya sekaligus "menohok" sifat superioritas yang salah terhadap orang dari suku lain. Orang Yahudi memang memandang rendah orang Samaria.
Di pemandangan Yesus, cara terbaik untuk menguji kasih kita kepada sesama adalah ketika sesama kita sedang dalam kesusahan atau penderitaan. Teman untuk bersenang-senang banyak tetapi menjadi sesama bagi orang yang sedang menderita hanya sedikit yang sedia melakukannya.
Orang Samaria itu telah menunjukkan kepada kita, siapakah sesungguhnya "sesama manusia" dari orang yang jatuh ke tangan penyamun di jalanan menuju Yerikho. Apakah yang dilakukan oleh orang Samaria tersebut?
1. Melihat orang yang dirampok habis-habisan, dipukuli dan ditinggalkan setengah mati itu tergerak hatinya oleh belas kasihan.
2. Menghampiri orang tersebut dengan tujuan menolongnya.
3. Menyirami luka-luka orang itu dengan minyak dan anggur. Anggur untuk membersih-kan luka dan minyak untuk mengurangi rasa sakit.
4. Lalu ia membalut luka-luka orang tersebut. Besar kemungkinan dengan merobek sebagian dari jubah yang dikenakannya.
5. Kemudian dengan hati-hati menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri. Sampai di sini sebenarnya pengorbanan orang Samaria itu sudah sangat luar biasa, tetapi itu belum selesai.
6. Ia membawa korban perampokan yang malang itu ke penginapan dan merawatnya untuk beberapa waktu lamanya. Berapa lama, saya tidak tahu. Tetapi sampai di sini orang Samaria itu telah dengan rela hati menunda urusannya sendiri dan memberikan waktunya untuk dapat menolong orang lain yang dalam penderitaan dan kesakitan.
7. Tidak cukup dengan itu, ia memberikan kepada pemilik penginapan uang sebanyak dua dinar sebagai biaya menginap dan perawatan.
8. Ia berjanji akan mengganti biaya yang selebihnya waktu ia datang kembali. Wow, dia akan kembali lagi untuk melihat kondisi orang yang ditolongnya tersebut. Seperti membeli mobil, pihak show room melakukan pelayanan bukan saat pembeli bertransaksi saat itu tetapi ada pelayanan purna jual. Orang Samaria yang murah hati itu telah melakukan pelayanan yang sangat-sangat luar biasa, excellent!
SIAPAKAH SESUNGGUHNYA ORANG SAMARIA INI?
Siapa lagi kalau bukan Yesus sendiri? Dialah sesungguhnya orang Samaria yang murah hati tersebut. Mengapa demikian?
1. Orang Samaria dalam perumpaan Yesus ini digambarkan sebagai orang yang "tidak terduga" sama sekali. Pertama, dibandingkan dengan seorang imam dan orang Lewi yang juga sama-sama lewat di jalan di mana korban perampokan itu terkapar tak berdaya, tetapi yang tidak bersedia menolong, maka sikap dan kerelaan orang Samaria yang mau menolong itu sungguh sangat berlawanan dengan gambaran orang yang dianggap rohani oleh kalangan orang Yahudi.
Di sini Yesus mau mengajarkan kepada orang Yahudi, dan tentu kepada kita semua, agar tidak merasa lebih benar dan memandang rendah orang lain. Orang-orang yang dianggap rohani sering merasa lebih baik dari orang lain. Hati-hati! Sebab kehidupan yang terkadang keras dan sukar akan membuktikan, apakah orang-orang tersebut benar-benar orang yang rela berbuat baik dengan tingkat perngorbanan seperti orang Samaria tersebut.
Kedua, pengorbanan orang Samaria tersebut hampir mustahil dikerjakan oleh orang-orang lainnya. Kemurahan hatinya melebihi apa yang bisa dipikirkan oleh orang kebanyakan. Ia menolong korban perampokan itu dengan kesediaan dan kerelaan yang amat "menusuk" hati orang yang merasa lebih baik dan sudah banyak berjasa kepada orang lain.
2. Orang Samaria itu menggambarkan Yesus sendiri karena orang Samaria dianggap rendah oleh orang Yahudi. Secara rohani orang Samaria tidak diperhitungkan sama sekali oleh orang Yahudi. Mereka dianggap sebagai orang Israel yang sudah bercampur dengan bangsa lain yang tidak mengenal Allah. Bukankah Yesus sendiri adalah Pribadi yang dipandang rendah oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang iri dan mendengki kepada-Nya? Dia sering tidak “masuk hitungan” di kalangan mereka.
3. Orang Samaria itu telah menolong dengan sepenuh hati tanpa memandang siapakah orang yang ditolong. Bisa jadi yang dirampok itu adalah orang Yahudi. Meskipun demikian orang Samaria itu tidak terpengaruh dengan perbedaan bangsa dan suku. Ia hanya digerakan oleh belas kasihan dan melakukannya dengan sepenuh hati tanpa pamrih. Itu adalah gambaran dari hati Yesus yang sedia berkorban tanpa pamrih untuk keselamatan kita semua.
Pikirkanlah diri kita sendiri, apakah kita sering menolong orang lain tetapi dengan pamrih? Kalau mau teliti, seringkali kita menolong orang lain dengan pamrih seperti pujian dan sanjungan. Jika kita tak mendapatkannya maka kesediaan kita untuk menolong menjadi sirna. Kasih kita seringkali kasih yang egois. Lho, kasih koq egois? Ya, sebab kasih itu sejenis kasih yang mau berkorban tetapi selalu ada harapan untuk menerima balasannya. Kalau tidak kita akan kecewa.
4. Orang Samaria itu menolong secara total bahkan dengan sedia membayar lebih jika diperlukan. Bukankah Yesus telah memberikan diri-Nya secara total untuk menjadi korban pendamaian bagi kita di hadapan Allah? Tidak ada sesuatu di dalam diri-Nya yang ditahan demi menunjukkan secara nyata kasihNya kepada manusia yang berdosa. Ia telah membayar lebih untuk keselamatan kita dengan mencurahkan darah-Nya yang mahal di kayu salib Golgota.
APAKAH YANG KITA BISA PELAJARI DARI ORANG SAMARIA YANG MURAH HATI INI?
1. Menunjukkan belas kasihan kepada sesama yang membutuhkan pertolongan (keselamatan) membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan waktu, tenaga, pikiran dan uang. Bagi orang yang punya uang, terkadang merasa sudah cukup berkorban uang. Bagi yang mempunyai tenaga merasa sudah cukup memberikan tenaganya.
Sementara yang yang punya waktu merasa sudah cukup memberikan waktunya. Lalu yang bisa menolong dengan sumbangsih pikiran merasa cukup dengan ikut sumbang saran saja. Tetapi kisah orang Samaria ini menunjukkan alangkah indahnya jika kita sedia berkorban secara total.
2. Belas kasihan Tuhan itu melintasi suku, agama, ras dan antar golongan. Belas kasihan itu wajib ditunjukkan juga kepada mereka yang bukan kelompok kita, yang sering tak sependapat dengan kita, bahkan mungkin yang memusuhi kita. Belas kasihan Tuhan menghasilkan moralitas yang unggul dan terpuji.
3. Belas kasihan itu ditunjukkan dengan cuma-cuma. Karena itu belas kasihan tidak bisa dibuat-buat. Dia datang dari hati yang telah merasakan belas kasihan juga. Jika kita belum merasakan belas kasihan Tuhan maka sangat sukar bagi kita menunjukkan belas kasihan itu kepada orang lain. Kita tidak bisa menyalurkan apa yang tidak ada atau apa yang tidak kita alami di dalam hati kita.
4. Ini yang terpenting : "BELAS KASIHAN ITU HARUS DILAKUKAN!"
Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya."
Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" Lukas 10:37
Di sekeliling kita banyak orang yang membutuhkan belas kasihan Tuhan, yakni mereka yang lelah, terlantar dan tidak mempunyai Gembala (Yesus Kristus, Tuhan). Mereka orang-orang yang menguatirkan dan menyusahkan diri dengan perkara-perkara dunia yang tidak dapat dibawa ke dalam kekekalan. Mereka tidak menyadari apa sesungguhnya yang mereka paling butuhkan selama mereka di dunia ini. Mereka tidak tahu bahwa mereka butuh belas kasihan Tuhan yang dapat menyelamatkan mereka dari api neraka.
Kita yang telah menerima belas kasihan Tuhan wajib menunjukkannya kepada mereka. Mulailah dari "Yerusalem" (keluarga, tetangga dan masyarakat di sekitar kita sendiri). Catatlah nama-nama mereka dan mulailah mendoakan untuk keselamatan mereka!
kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan. 1 Petrus 2:10
Pergilah, Saudaraku! Marilah kita semua "pergi", menunjukkan belas kasihan Tuhan yang telah kita terima dan alami. “PERGILAH, PERBUATLAH DEMIKIAN!”, karena itu perintah-NYa! (Jkt, SiKY, 27 Maret 2019)
Artikel Terkait
- MENYUSAHKAN DIRI SENDIRI
- Kingdom Parenting (Pengasuhan Sebagai Tugas Ilahi)
- BERSAKSI MELALUI BLESS
- PENGINJILAN DAN PEMURIDAN DI DALAM DAN MELALUI KELUARGA
- PERINTAH DAN KUASA UNTUK MELAKUKANNYA